Rincian Aduan : LGIG10365683

Progress Public

KABUPATEN PEKALONGAN, 16 Aug 2023

Lokasi: Desa Wonopringgo Utara No.25 RT.03/RW.01 Kec. Wonopringgo, Kab. Pekalongan

- Permasalahan:
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Perkenalkan nama saya Rafazka Magistra. Tulisan ini dibuat oleh tantenya Rafa bernama Deviani. Mohon izin bersuara, Rafa adalah penyandang tunanetra. Meskipun tidak memiliki lensa mata dan bola mata kempes, Rafa sangat cerdas. Ortunya hanya buruh cuci piring di pecel lele dan alhamdulillah kedua ortunya sudah mendapat fasilitas BPJS PBI dari pemerintah. Namun sangat disayangkan anaknya yang tunanetra dan sempat divonis Retinoblastoma justru belum masuk ke daftar PBI. Hal ini disebabkan karena terpaksa pernah membuat BPJS mandiri saat usia 1 tahun untuk cek mata di beberapa RS di Bandung sebelum bola matanya kempes. Nah sekarang karena ortunya tidak mampu membayar tagihan BPJS mandiri akhirnya menunggak selama bertahun-tahun hingga non aktif. Kami sudah dm intsragram BPJS RI, solusi untuk memindahkan kedua anaknya (kakaknya Rafa normal) ke PBI adalah dengan membayar tunggakan terlebih dahulu, baru bisa dialihkan ke PBI. Tiga tahun silam kami juga mengajukan permohonan BPJS PBI ini Kelurahan Wonopringgo, Dinkes Kab. Pekalongan, dan Dinsos Kab. Pekalongan tetapi belum berhasil. Pertanyaan kami, adakah keringanan untuk hal ini? Karena sampe sekarang ortunya belum mampu untuk membayar tunggakannya. Profesi buruh cuci piring di pecel lele hanya fokus berfikir beli beras. Bukankankah kaum disabilitas dilindungi oleh negara kita yang makmur ini? Sebenarnya Rafa sering mengalami demam dan gangguan di telinganya. Namun karena orang tuanya takut dengan istilah rumah sakit pengobatan hanya berhenti di dokter umum dan puskesmas saja. Tidak jarang bidan atau dokter yang memeriksa pasti merasa iba. Puncak yang terjadi adalah tanggal 14 Agustus 2023, Rafa demam tinggi muntah diare harus dibawa ke RSUD Kajen dan hanya satu malam dirawat dengan biaya 500.000. Pihak RS sebenarnya memberikan 1x kesempatan rawat inap dari Pemkab Pekalongan, tetapi ortu Rafa memilih mandiri untuk antisipasi sakit di kemudian hari. Bagi para pembaca surat ini mungkin uang tersebut terbilang sedikit untuk menebus kesehatan. Bagi kami selaku ortu juga sama, nyawa itu nomor satu, tetapi faktanya nominal sekian kami raih dengan berhutang ke kanan kiri. Kiranya sepucuk surat ini dapat mengetuk hati para pemangku kepentingan di bidang sosial dan kesehatan. Karena mau dipaksa seperti apapun kami tidak bisa membayar tunggakan dan membutuhkan BPJS BPI tersebut. Kalaupun bisa meskipun sudah sangat berhemat, hutang kami semakin menggunung. Bapak Ibu jika pemerintah memiliki Al-Quran huruf braille Rafa juga sangat membutuhkan. Rafa sangat cerdas dalam membaca Al-Quran berbekal dari pendengaran saja. Bahkan Rafa lebih cepat menghafal dari anak-anak normal sebayanya. Rafa belum pernah menyentuh huruf hijaiyah dengan indera peraba. Saat ini Rafa belum bersekolah, karena di SLB Wiradesa Kab. Pekalongan siswanya hanya terbatas 20 peserta didik karena terbatas ruang dan pendidiknya dan Rafa kalah cepat dalam mendaftar. In shaAllah April 2024 Rafa akan segera mendaftar. Semoga tindaklanjut dari surat ini dapat menjadi pahala jariyah bagi Bapak Ibu. Semoga Bapak Ibu sehat selalu, aamiin. Salam sehat dan bahagia dari Rafazka Magistra :) With love, DEVIANI

2 Orang Menandai Aduan Ini