Detail Aduan
Disposisi
Sabtu, 08 Mei 2021 - 12:47 WIB
Admin Gubernuran
Laporan telah diteruskan ke Kabupaten Kendal
Verifikasi
Senin, 10 Mei 2021 - 08:44 WIB
Kabupaten Kendal
terimakasih atas aspirasinya,akan kami sampaikan ke dinas terkait
Selesai
Senin, 10 Mei 2021 - 12:02 WIB
Kabupaten Kendal
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal
Selamat siang Bapak Nur Rohmani di Sukorejo, terkait laporan Bapak mengenai budidaya lele selalu merugi karena harga di petani rendah, serta solusi terkait hal tersebut, ijinkan kami memberi saran masukan.
Bapak Nur Rohmani, seperti kita semua ketahui, dalam budidaya lele terdapat 4 elemen penting yang berperan berjalannya bisnis. Mulai dari elemen pembenih, pendeder hingga pembesar; elemen penyuplai pakan; elemen pembeli ikan; dan selanjutnya elemen pengolah. Dan berlanjut ke urusan perdagangannya, keempat elemen ini tidak akan lepas dari dua kaki bisnis. Yakni cost production (biaya produksi) serta revenue (penjualan). Hubungan antara elemen tersebut menjadi faktor penting yang menentukan arah bisnis budidaya lele. Kenyatannya, hubungan ini masih menemui tantangan utama.
Sejumlah tantangan nyata dihadapi pelaku usaha di bidang budidaya lele. Pertama, yakni rendahnya produktivitas di kalangan pembudidaya, khususnya pembesaran. Jika ingin meningkatkan produktivitas yang mampu diperoleh tentunya terkait dengan daya dukung lingkungannya, seperti kebutuhan oksigennya, nutrisinya, hingga pengaturan amonianya. Serta kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Berhubungan dengan SDM tersebut, maka akan masuk ke tantangan kedua. Dimana SDM lokal masih belum technological minded, belum managerial minded. Umumnya SDM lebih bersifat tradisional yang berpikir di dalam kolam dipelihara ikan lele kemudian tumbuh.
Masih lemahnya sisi entrepreneurship (kewirausahaan) SDM seperti ini menjadi tantangan tersendiri. Umumnya para pembudidaya belum memiliki skala usaha yang jelas, kebanyakan masih kecil. Dan sifat wirausahanya masih kurang, terlihat dari cara memelihara ikan yang masih dianggap cukup melihara, tentang penjualan, pengemasan hingga manajemen usaha yang rapi belum dilirik.
Tantangan ketiga adalah market (pasar). Di Kendal khususnya, saingannya ikan di pasar itu bukan sesama ikan, tapi komoditas lain seperti telur, daging, ayam. Contoh, masyarakat ke pasar bawa uang, lihat telur harga lebih murah dibanding lele, pasti yang dipilih adalah telur.
Kondisi pasar juga tidak bisa lepas dengan sistem tata niaganya. Rantai perdagangan sulit membesar, karena disisi pembudidaya keuntungannya sudah sedemikian kecil. Tata niaga yang berlaku saat ini belum menguntungkan bagi pembudidaya.
Misalnya saja dari pakan, memakan 70 80 % biaya produksi.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana caranya tekan biaya produksi dan tingkatkan penjualan? Jika ditelusuri, variabel terbesar adalah pakan maka perlu upaya untuk menekan harga pakan. Dari pakan saja, memakan 70 80 % biaya produksi.
Sisi lain, adalah menekan biaya produksi di pembudidaya dengan membuat pakan sendiri. Program Gerpari, gerakan pakan mandiri yang dicobakan beberapa tahun terakhir di kabupaten Kendal. Namun, pakan mandiri juga mengandung tantangan. Apalagi kalau bukan bahan baku.
Setelah biaya, terkait pula pemasarannya. Kalau saat ini pasar masih tergantung pengepul/tengkulak, seharusnya bisnis lele ini jangan lagi dipotong tengkulak. Kalaupun ikan bisa menguasai pasar, yang menguasai pasar itu tengkulak. Dan tengkulak ini bersifat ijon, ambil dari pembudidaya baru dilempar ke pasar-pasar. Sehingga yang mengambil untung paling banyak berarti tengkulak.
Bapak Nur Rohmani, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal sudah barangtentu tahu lingkaran setan ini. Inilah mengapa, sambil terus mencari formula yang adil dan menguntungkan bagi pembudidaya lele dan pedagang/tengkulak, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal selalu menekankan bahwa efisiensi pakan, meningkatkan produktifitas budidaya, menggunakan benih yang pertumbuhan lebih cepat serta lebih tahan akan penyakit, kemudian memperluas pasar menjadi pilihan para pembudidaya lele.
Kata kuncinya, Penjualan itu harus langsung terhubung dengan pasar akhir (end market). Kalaupun dengan penjualan sendiri ke warung pecel lele misalnya, pembudidaya biasanya akan mengeluarkan ongkos distribusi dan transportasi. Tapi setidaknya ongkos ini termasuk dalam biaya produksi si pembudidaya sendiri, bukan dimainkan tengkulak. Rantai ini sedikitnya sudah mampu dipotong oleh pembudidaya. Karena langsung menjual ke end market.
Lebih jauh kami juga berharap kepada para pembudidaya lele untuk dapat meningkatkan kapasitas dan skala usaha mereka dengan menggali ilmu sebanyak banyaknya dari penyuluh perikanan lapangan (PPL) maupun tenaga teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal agar ke depannya dapat mengembangkan usaha lebih jauh.