Rincian Aduan : LGWP43926356

Selesai Public

KABUPATEN BOYOLALI, 01 Feb 2019

Selamat malam pak, perkenalkan nama saya Albert, saat ini saya sedang study S3 di Taiwan. Saya mau melapor kejadian yang saya alami pada saat mendampingi Professor saya (3 orang Taiwan) berkunjung di Wisata Candi Borobudur. Menurut pandangan saya pribadi, Candi Borobudur saat ini telah bertransformasi menjadi tempat wisata yang cukup bagus dan apik untuk para turis. Akan tetapi, pedagang asongan di sana, menurut saya pribadi hendaknya perlu ditata dan diberi pengetahuan cara menawarkan dagangan kepada turis dengan lebih sopan dan lebih baik agar turis merasa nyaman. Pengalaman saya waktu itu, Profesor saya dikerumuni banyak orang yang menjajakan dagangan mereka ketika menjejakan kaki di pintu kedatangan di Borobudur sebelum masuk ke loket. Pada awal kedatangan ini Professor saya sudah mulai tidak nyaman dengan cara seperti ini. Kemudian beliau membeli beberapa aksesoris, selain untuk kenang-kenangan juga untuk mengurangi kerumunan orang. Akan tetapi, setelah dibeli aksesoris tersebut, pedagang-pedagang lain semakin banyak mengerumuni. Singkat cerita, kami sudah bisa masuk pelataran candi Borobudur, mulai dari loket sampai suasana di dalam tidak masalah, bisa dibilang suasana yang sangat nyaman. Kondisi serupa terjadi ketika kami berjalan menuju ke pelataran luar candi Borobudur, dalam perjalanan menuju parkiran mobil, kami kembali dikerubungi banyak orang yang menawarkan dagangan mereka. Professor saya telah menolak untuk membeli dagangan mereka dan berkata kalau ia sudah membeli dagangannya, akan tetapi ia memaksa Professor saya untuk membeli dagangannya, dengan cara menghalangi jalan beliau, dan itu sampai berlangsung lebih dari 100 M. Di saat itu saya mencoba turun tangan dengan membantu beliau berkomunikasi ke pedagang tersebut. Kata saya “sampun bu, bapake punika sampun tumbas aksesoris”. Ketika saya mencoba menghalangi tangan saya di depan tangan Professor saya, agar tangan pedagang tersebut tidak menyentuh tangan Professor saya yang saya lihat mulai tidak merasa nyaman, pedagang tersebut berteriak seperti ini, “Mas, sampeyan niku, wong Indonesia mboten to? Kula niki mboten nawani sampeyan, kok sampeyan mboten bela sing orang Indonesia?Atimu iku jahat mas!!Aku tahu hati busukmu itu!! “ Beliau berteriak2 terus sampai banyak orang mengerumuni kami sambil saya terus dituding-tuding. Singkat cerita, akhirnya Professor saya membeli dagangan beliau untuk menyelesaikan masalah ini agar tidak berlarut-larut. Akan tetapi kata-kata pedagang itu masing terngiang-ngiang di pikiran saya. Apakah saya salah mengingatkan para pedagang ini untuk menawarkan dengan cara yang lebih sopan? Selang berapa lama ketika kami berjalan menuju mobil ada pedagang lain yang mendekat ke saya dan menawarkan dagangannya, saya berkata, “Mangkih mawon pak, kula sampun tumbas”. Saya mencoba menolak dengan sopan, akan tetapi respon beliau tidak dinyana-nyana, “Mas-mas, kangge sampeyan niku duit 10 -20 ribu kan mboten ono artine, anakku iku ngelih butuh mangan mas”. Saya terkejut, kok malah seperti ini sih, apakah saya harus membeli barang beliau ini hanya karena rasa kasihan? Bukannya hak saya untuk membeli atau tidak barang tersebut. Harapan saya, para pedagang ini bisa lebih ditertibkan dan dididik kembali, saya ingin pengalaman yang saya alami ini cukup saya saja yang mengalami, saya takut dengan masih berlangsungnya kegiatan seperti ini akan menimbulkan kesan kurang baik bagi para turis, utamanya turis mancanegara. Saya khawatir hal ini akan mengakibatkan kekecewaan mereka untuk mengunjungi candi Borobudur di lain kesempatan. Semoga pengalaman saya ini, dapat ditindaklanjuti dan menjadi bahan evaluasi yang lebih baik bagi tim manajemen candi Borobudur ke depannya. Menurut pendapat saya, Borobudur saat ini telah menjadi asset Nasional yang telah dikenal di dunia Internasional, akan sangat disayangkan kalau muncul berita-berita yang kurang baik di kalangan para turis mancanegara. Mohon tindak lanjut dari Bp. Gubernur mengenai masalah ini. Terima kasih.

0 Orang Menandai Aduan Ini