Rincian Aduan : LGWP24753475

Selesai Public

KABUPATEN JEPARA, 21 Mar 2020

Kasus Meninggalnya Mbah Lukitah, Pihak RSUD Kartini Dituding Sebar Hoax PERISTIWA KAMIS, 19 MARET 2020 , 11:58:00 WIB | LAPORAN: MUHAMMAD OLIEZ Kasus Meninggalnya Mbah Lukitah, Pihak RSUD Kartini Dituding Sebar Hoax RMOLJateng. Pihak RSUD Kartini Jepara dituding telah menyebarkan informasi atau kabar bohong (hoax) terkait kronologi meninggalnya Mbah Lukitah (70) warga RT 1 RW 1 Desa Mambak Kecamatan Pakisaji di tempat parkir rumah sakit pelat merah tersebut. BERITA TERKAIT RSUD Kartini Klarifikasi Meninggalnya Pasien Karena Diduga Terlantar Kasus Kematian Mbah Lukitah, Dewan Tuding Pemkab Kurang Serius Urusi Kesehatan Diduga Lambat Dalam Pelayanan, Mbah Lukitah Meninggal Di Parkiran RSUD Kartini Selain menyesatkan, hoax tersebut disinyalir sengaja dibuat untuk menutupi semrawutnya kualitas layanan kesehatan RSUD Kartini. Tudingan ini disampaikan perangkat Desa Mambak, Kecamatan Pakisaji Kabupaten Jepara, Abdul Rosyid, Kamis (19/3). Abdul Rosyid merupakan perangkat desa yang mendampingi Mbah Lukitah dan keluarganya mulai dari proses periksa di Pakisaji hingga dirujuk ke RSUD Kartini. Menurut Abdul Rosyid, kronologi peristiwa meninggalnya Mbah Lukitah yang dibuat pihak RSUD Kartini berbeda dengan kondisi di lapangan yang dialami dan disaksikannya langsung. Terlebih terkait pernyataan Direktur RSUD Kartini Dwi Susilowati yang menyebut jika Mbah Lukitah datang ke rumah sakit pelat merah tersebut tanpa surat rujukan dari Puskesmas Pakisaji. Sebab faktanya surat rujukan tersebut benar-benar ada dan bahkan juga dibawa ke RSUD. "Jadi tidak benar yang disampaikan bu direktur itu. Ini bukti suratnya. Saat itu surat rujukan juga sudah diserahkan kepada petugas rumah sakit bersama dokumen lainnya. Entah dibaca petugas atau tidak namun yang pasti setelah itu berbagai dokumen tersebut diserahkan lagi kepada keluarga," kata Abdul Rosyid, sembari menunjukkan surat rujukan tersebut, Kamis (19/3/2020). Seperti diberitakan RMOLJateng, Mbah Lukitah meninggal di tempat parkir RSUD Kartini. Diduga lansia ini meninggal dunia karena terlambat mendapat layanan kesehatan dari rumah sakit pelat merah tersebut. Namun pihak RSUD berdalih saat kejadian kondisi UGD sudah kelebihan pasien yang juga sama daruratnya. Mbah Lukitah juga tidak membawa surat rujukan dari faskes tingkat pertama sehingga pihak rumah sakit juga tidak bisa mendeteksi seberapa gawat kondisi lansia tersebut. Abdul Rosyid menduga kronologi berbeda yang dibuat pihak RSUD Kartini hanya untuk menutupi semrawutnya layanan kesehatan di rumah sakit pelat merah tersebut. Sebab kondisi yang dialaminya secara langsung memang menunjukkan indikasi tersebut. "Sekitar 2 jam lebih saya mendampingi Mbah Lukitah dan keluarganya di tempat parkir RSUD. Ibaratnya pihak keluarga sampai meminta petugas RSUD untuk segera melakukan tindakan karena kondisi Mbah Lukitah yang kian kritis tetap tidak ada respon signifikan dari mereka. Tiba-tiba mereka bilang sudah woro-woro mau melakukan pemeriksaan tapi Mbah Lukitah dan keluarganya tidak mendengar. Ini jelas tidak sesuai dengan kondisi lapangan," sesalnya. Agar polemik ini tidak berkepanjangan, Abdul Rosyid mendesak pihak RSUD Kartini mau membuka rekaman CCTV yang ada di kawasan UGD maupun tempat parkir mereka. Sehingga bisa jelas siapa yang sebenarnya berbohong dalam persoalan ini. "Saya juga siap dikonfrontir dengan siapa saja dan dimana saja. Saya siap mempertanggungjawabkan pernyataan ini," tandasnya. Di media sosial beredar video tentang pernyataan keluarga Mbah Lukitah yang menyatakan menerimakan peristiwa ini. Salah seorang yang memberikan pernyataan adalah anak Mbah Lukitah yang bernama Sasmono. Menurut Abdul Rosyid, Sasmono tidak ikut saat peristiwa meninggalnya Mbah Lukitah. Sehingga ia tidak mengetahui kronologi peristiwa tersebut. Tak hanya itu, pernyataan tersebut dibuat di rumah keluarga Sasmono yang ada di Desa Kedungcino, Kecamatan Jepara. Bukan di rumah yang selama ini ditempati Mbah Lukitah di Desa Mambak Kecamatan Pakisaji. "Pihak keluarga Mbah Lukitah yang ada di Desa Mambak sebenarnya tidak terima dengan video yang beredar itu. Apalagi saat itu juga pihak rumah sakit memberikan uang sebesar Rp 4 juta. Sasmono itu tidak bisa baca tulis jadi saya juga tidak mengetahui apakah dia sadar dan faham dengan tindakannya," tandas Abdul Rosyid. [jie]

0 Orang Menandai Aduan Ini