Laporan telah diteruskan ke DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Terima kasih atas masukannya

Mohon maaf kami baru bisa memberikan tanggapan permasalahan yang saudara sampaikan

Harga garam dipengaruhi oleh ketersediaan garam (kualitas dan kuantitas) di tingkat produsen dibandingkan tingkat kebutuhan dari pengguna garam tersebut. - Jika ketersediaan garam di pasar relatif sedikit dibandingkan dengan tingkat kebutuhan dari pengguna garam, harga garam menjadi relatif tinggi - Jika ketersediaan garam di pasar relatif banyak dibandingkan dengan tingkat kebutuhan dari pengguna garam, harga garam menjadi relatif rendah. Tahun 2018 harga garam menjadi tinggi sampai mencapai Rp. 3.000/kg, dikarenakan terjadinya kelangkaan garam di pasaran maupun produsen, sedangkan kebutuhan dari industri pengguna tinggi, sehingga sesuai hukum ekonomi, harga garam menjadi tinggi. Pada kondisi sekarang, harga garam di tingkat petani rendah, disebabkan garam yang beredar di pasar cukup melimpah, sedangkan kebutuhan dari pengguna relatif sedikit, sehingga sesuai hukum ekonomi harga garam menjadi turun. Rendahnya harga garam di tingkat petani tersebut berkaitan juga dengan kualitas garam yang dihasilkan relatif rendah, sedangkan jumlahnya banyak, disisi lain kemungkinan adanya garam impor yang merembes ke pasar, dengan harga yang relatif murah dengan jumlah yang relatif tinggi sehingga harga garam petani menjadi rendah. Hal lain yang menjadikan harga garam di tingkat petani rendah, karena belum baiknya tata niaga garam, di mana petani memiliki posisi tawar yang lemah dibanding pelaku usaha lain yang terlibat dalam distribusi garam tersebut, selain itu belum optimnalnya peran dari pemangku kebijakan dalam tata niaga garam tersebut. Demikian yang bias kami sampaikan, matur suwun