Detail Aduan
Rincian Aduan : LGAN44851635
KOTA SEMARANG, 15 May 2019
Anda yang sering berkeliling Kota Lama, tentu tak asing dengan sumur di sebelah timur Taman Srigunting (Gereja Blenduk). Sumur yang tak pernah kering, meski pada puncak kemarau itu ternyata memiliki korelasi dengan sejarah penyakit di Semarang. Sumur jenis artesis tersebut dibuat oleh pemerintah pada tahun 1841 (saat itu berada di Paradeplein alias lapangan untuk parade militer). Tujuannyauntuk mengurangi dampak buruk wabah kolera yang kala itumelanda kota. Itulah sumur artesis pertama di Semarang yang dibuat untuk kepentingan umum.Semarang memang kerap dilanda wabah penyakit, terutamakolera dan malaria. Penyakit malaria mudah berbiak lantarankota ini sering dilanda banjir dan dikelilingi rawa-rawa yang menjadi habitat nyamuk anopheles. Adapun kolera, antara lain disebabkan oleh kondisi lingkungan dan kebiasaan warga (terutama bumiputra) yang cenderung tidak sehat. Warga bumiputra saat itu tinggal di kampung-kampungkumuh dan biasa mengonsumsi air sungai atau air sumur dangkal sonder dimasak. Sejarah mencatat, wabah kolera paling parah terjadi pada 1821. Saat itu, tercatat 150 hingga 200 orang meninggal setiap hari akibat penyakit tersebut.Setelah sumur di Parade Plein, Pemerintah membangun sumur-sumur sejenis, antara lain di Tawang, Karang Bidara (sekarang Jl Raden Patah), dan Poncol. Keberadaan sumur-sumur tersebut efektif menekan angka kematian akibat wabah kolera di Semarang.Mengingat pentingnya situs ini bagi sejarah perkembangan Kota Semarang, maka sepatutnya dilestarikan.
Disposisi
Kamis, 16 Mei 2019 - 10:11 WIB
Admin Gubernuran
Verifikasi
Selasa, 15 Desember 2020 - 12:03 WIB
Kota Semarang