Rincian Aduan : LGWP16819179

Verifikasi Public

KABUPATEN KUDUS, 22 Aug 2016

Tergigit Ular Berbisa dan Tidak Bisa Mendapat Pertolongan di RSUD KARTINI Jepara dan RSI Sultan Hadlirin Tanggal 17 Agustus 2016, sekitar jam 19.30 malam Bapak saya, 73 tahun, seorang petani, digigit ular luwuk dalam perjalanan pulang dari mengairi sawahnya. Karena Bapak tidak langsung bercerita kepada saya, maka baru sekitar jam 20.30 saya membawa Bapak ke Klinik Hanis, Jepara, setelah kakinya mengalami pembengkakan dan rasa sakit menjalar hingga ke paha bagian atas. Kami dilayani dengan baik di RS Hanis, klinik rujukan BPJS yang kami miliki. Bapak dibantu turun dari mobil, lalu didorong dengan kursi roda ke IGD. Namun sayangnya klinik tersebut tidak memiliki anti bisa, lalu segera Bapak diantar kembali oleh dua orang perawat hingga masuk ke mobil. Kami disarankan untuk ke RSUD Kartini untuk mendapatkan pelayanan yang lebih lengkap. Sampai di RSUD Kartini, Bapak kami bantu berjalan masuk ke dalam ruang IGD, karena satu kaki Bapak sudah terlalu sakit untuk dapat dijejakan ke lantai. Sekumpulan perawat yang duduk di dalam meja kotak melingkar beberapa meter di depan pintu kaca IGD bahkan tidak menolehkan kepala ke arah kami. Saya melihat tempat tidur periksa terdekat untuk meletakan tubuh Bapak, namun seseorang berseragam cleaning service yang kebetulan berada di dekat perawat menyapa kami, “Kenapa itu, Bu?” Lalu kakak saya menjawab, “digigit ular.” Seorang perawat dari dalam meja kotak yang melingkar berkata kepada petugas cleaning service, “mas, tolong antar ke belakang….” Lalu saya dan Kakak saya membantu Bapak yang berjalan sambil melompat-lompat mengikuti petugas cleaning service tersebut ke ruang belakang. Sesampainya di sebuah kamar di ruang IGD tersebut, Kakak saya melakukan pendaftaran, dan saya menemani Bapak yang kesakitan dan kelelahan. Sekitar 5 menit kemudian seseorang yang memakai seragam biru menghampiri kami, dan bertanya, “Kenapa ini?” Saya jawab, “kakinya digigit ular pak, sudah dari sekitar satu setengah jam yang lalu.” “mananya yang kegigit?” Tanya beliau lagi. “itu lho yang bengkak,” jawab saya sambil menunjuk kaki Bapak. Tanpa memeriksa lebih lanjut, hanya memiringkan kepala sedikit kea rah luka di kaki Bapak, orang tersebut berlalu. Tanpa kata-kata, tanpa penjelasan, tanpa sedikitpun memegang untuk memeriksa kaki Bapak. Di tempat pendaftaran, kami mendaftarkan Bapak dengan kartu BPJS kelas II yang kami miliki. Lalu map yang berisi data Bapak diserahkan kepada kami oleh petugas pendaftaran untuk diberikan ke meja perawat. Tidak lama kemudian saya dipanggil oleh salah satu dari sekitar 10 orang perawat yang berada di meja itu. “Di sini kami gak punya anti bisa Mas, coba nanti saya telponkan di RS lain mungkin punya.” Kurang lebih sepuluh menit berlalu, saya tidak sabar dengan ketidakpastian, sementara Bapak kesakitan tanpa ada satu perawatpun yang datang lagi untuk melakukan sesuatu atau memberi keterangan kepada kami. Saya mendatangi meja perawat di bagian depan, untuk bertanya hasil pencarian melalui telepon yang tadi dijanjikan. Perawat tadi menjawab, “oh iya, sebentar ya, saya telponkan dulu….” “Lho, dari tadi belum ditelpon, mas?” Tanya saya gusar karena waktu demi waktu berlalu tanpa kepastian, dan saya khawatir bisa ular semakin menjalar kemana-mana. “RS Graha tidak menjawab telepon, dan RSI juga gak punya stok. Sebentar saya telponin lagi RS Grahanya.” Jawab petugas tersebut. Sambi menunggu, saya mencari nomer-nomer telepon beberapa RS di Jepara. Dua rumah sakit tidak punya stok, RS Graha terdengar nada sibuk, dan akhirnya ada kabar baik dari RSI Sultan Hadlirin. Telepon saya yang langsung disambungkan oleh operator ke bagian apotik mendapat jawaban positif. “Sebentar mas, saya lihat dulu… satu… dua… tiga… empat… mmm… ada mas. Stok anti bisa ada, tapi sebentar dulu ya, saya sambungkan ke bagian IGD” jawab suara seorang laki-laki dari bagian apotek di RSI Sultan Hadlirin ketika saya menanyakan anti bisa. “Halo mas,” Suara perempuan dari bagian IGD, “pasiennya punya jamkesmas atau nda, ya?” “Ada BPJS, mba” Jawab saya. “Owh, maaf mas. Anti bisa kita habis, nda ada stok” Jawab perempan itu lagi. “Lho, barusan yang di apotik bilang ada stok kok, mbok ya dibantu mba…” “Maaf, takutnya nanti pasiennya rawat inap, stoknya takut gak cukup….” “Paling tidak untuk pertolongan pertama dulu Mba, ini saya lagi kesusahan, saya mau cari dimana lagi malam-malam begini sudah tanya beberapa rumah sakit, kalau memang harus daftar sebagai pasien umum gak apa mba, yang penting Bapak tertolong….” Sambungan diputus. Tidak mendapat kepastian di RSUD Kartini, dan mendapat jawaban mengecewakan dari RSI Sultan Hadlirin, akhirnya saya memutuskan untuk membawa Bapak ke Kudus. Saya dan kakak perempuan saya kembali membantu Bapak yang berjalan melompat-lompat sambil menahan sakit dari kamar belakang di IGD, melewati sekumpulan perawat dan petugas rumah sakit yang asik mengobrol sendiri. Setidaknya ada lebih dari 10 orang di sana, tidak seorangpun menoleh ke arah kami. RumahSakit terdekat dari Jepara di Kudus adalah RSI Kudus, sesampainya di ruang IGD RSI Kudus, sudah sekitar jam 22.30, melihat saya membantu Bapak turun dari mobil, dua orang perawat langsung membukakan pintu lalu mengambil temat tidur dorong dan membantu Bapak naik. “Silahkan Bapak mendaftar dulu,” kata salah seorang perawat setelah saya katakan pasien digigit ular sekitar 3 jam yang lalu. Kakak saya mengintip dari depan pintu. Kaki Bapak langsung dibersihkan oleh seorang perawat, sementara perawat yang lain memeriksa tensi dan suhu, seseorang berjas putih terlihat menanyakan sesuatu pada Bapak, kemudian infus dipasang. Sementara di tempat pendaftaran, saya ditanyakan apa punya jamkesmas? Saya jawab ada BPJS, tapi wilayah Jepara, gak apa didaftarkan sebagai pasien umum saja kalau gak bisa dipakai. Namun petugas pendaftaran berkata, “Tidak apa-apa pak, bisa kok pakai BPJS, tapi misalnya nanti rawat inap, hanya ada 1x saja untuk kontrol di sini setelah pulang, habis itu dikontrol di wilayah Jepara, ya….” Tidak lama kemudian kami dipanggil oleh dokter dari dalam ruang IGD, diberi penjelasan tentang kondisi Bapak, juga tentang hasil pemeriksaan EKG, karena Bapak sudah lanjut usia dan sesuai prosedur maka harus diobservasi selama 24 jam, jadi Bapak diminta menginap. Dua hari kemudian, Bapak sudah boleh pulang, walau kaki masih terasa sakit, namun keadaan Bapak sudah jauh lebih baik. Saya sangat berterima kasih pada RSI Kudus dan para dokter serta perawat dan petugas rumah sakit yang profesional dan mampu bekerja dengan hati. Sayang sekali hal seperti ini tidak bisa dimiliki oleh RSUD Kartini maupun RSI di Jepara. sumber: https://www.facebook.com/ale.aligon/posts/1002529389868683?pnref=story

0 Orang Menandai Aduan Ini